Minggu, 25 Desember 2016

7 alat pengawasan mutu (seven tools) dalam Statistical Quality Control

a.       Flowchart
Diagram yang menggambarkan urutan suatu proses, dipakai untuk menentukan bagian mana dari proses yang bisa dijadikan objek analisis.
b.      Check Sheet
Formulir pemeriksaan yang berisi indikator-indikator kualitas yang digunakan untuk mengumpulkan data dan dapat langsung dianalisa.
c.       Histogram
Histogram menunjukkan besarnya frekuensi dari masing-masing faktor, sehingga kontribusi dari masing-masing faktor tersebut akan dapat diketahui secara jelas
d.      Scatter Plot
Diagram yang digunakan untuk melihat hubungan antara 2 atau 3 faktor. Untuk 2 faktor scatter plot bisa berbentuk 2 atau 3 dimensi, sedangkan untuk 3 faktor maka plot harus berbentuk 3 dimensi.
e.      Control Charts
Merupakan suatu peta yang merekam data karakteristik kualitas produk yang diukur dari sampel berdasarkan atas urutan waktu. Tujuan utama dari peta kendali untuk melakukan perbaikan berkelanjutan (continous improvement) pada proses dengan cara menurunkan jumlah cacat (khusus Control Chart memiliki post sendiri dalam blog ini guna memberikan penjelasan yang lebih mendalam, click on me to visit Control Chart )
f.        Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram / Cause & Effect )
Fishbone Diagram adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan analisis dilakukan lebih terperinci untuk menemukan penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada.
g.       Pareto Diagram

Diagram pareto adalah grafik batang yang mengurutkan dari nilai data paling besar ke nilai data paling kecil. Disarankan pengurutan tersebut juga dikaitkan dengan keuntungan atau kerugian secara finansial agar diketahui bagian mana yang harus mendapatkan prioritas terlebih dahulu.

Jumat, 12 Agustus 2016

"Continous Improvement melalui kerja sama"

Sebelum memahami secara keseluruhan dari kalimat "Continous Improvement",  terlebih harus memahami kata "Improvement".  
Improvement berasal dari kata improve yang artinya meningkat, dimana pada dasarnya meningkat adalah berubah menjadi lebih baik. Terdapat beberapa pengertian "improvementyang dikutip dari www.BrainyQuotes.com yaitu :          
  • Aktivitas untuk meningkatkan, kemajuan atau pertumbuhan
  • Perbuatan untuk membuat keuntungan atau apapun yang menguntungkan
  •  Berganti ke sesuatu yang lebih baik atau praktis
  •  Penambahan atau perbaikan, seperti bangunan, pembukaan, saluran air, pagar dan lain-lain
  • Sebuah  tambahan  yang  berguna,  atau  modifikasi,  mesin,  pembuatan,  atau komposisi.
  • Kemajuan menuju yang lebih baik

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan continuous improvement sebagai upaya peningkatan dan perbaikan secara terus menerus yang mengarah pada keunggulan. Peningkatan secara berkesinambungan dapat dimaknai sebagai suatu pendekatan untuk melakukan perubahan yang berujung pada perbaikan. Peningkatan berkesinambungan lebih bersifat global dan memiliki makna filosofis. Sementara itu, perbaikan berkesinambungan lebih fokus pada upaya perubahan secara teknis dengan menggunakan bantuan beberapa alat seperti statistik dan metode-metode untuk mencapai suatu keunggulan dalam bidang tertentu.
Salah satu kunci sukses untuk melaksanakan peningkatan dan perbaikan secara berkesinambungan adalah mengembangkan individu dan kelompok yang memiliki kemampuan istimewa. Nilai ini merupakan salah satu prinsip yang telah berhasil dikembangkan oleh Toyota dan telah dianut oleh seluruh perusahaan manufaktur dan jasa di seluruh dunia. Lebih lanjut, prinsip ini adalah prinsip ke 10 dari “Toyota Way” yang menggaris bawahi pentingnya pengembangan skill dan ketrampilan dari setiap individu dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Prinsip ini secara tidak langsung menguatkan suatu pendapat bahwa setiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan. Sehingga, untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan diperlukan adanya “kerja sama” yang dibangun berdasarkan budaya yang kuat dan stabil pada masing-masing perusahaan dalam lingkup yang kecil dan negara dalam lingkup yang lebih luas. Kunci sukses dari suatu kelompok, tim, organisasi atau apapun namanya adalah dengan membuat dan melaksanakan kerja sama yang baik melalui pemanfaatan kekuatan masing-masing dari setiap individu yang tergabung dalam tim tersebut guna menutup kelemahan yang dimiliki oleh setiap individu. Selain itu, upaya kerja sama ini harus dilakukan secara berulang kali dan melakukan evaluasi secara periodik guna mengetahui tingkat keberhasilan dari kerja sama tersebut. Hal yang sama juga berlaku dalam pembangunan suatu organisasi, dunia bisnis, pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Untuk mencapai suatu peningkatan dan memperoleh keberhasilan maka proses “Kerja Sama” dari setiap unsur, komponen dan sumber daya yang ada merupakan suatu keharusan. Proses tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan siklus dan siklus inilah yang akan mendorong terlahirnya perbaikan secara berkesinambungan dan berkala.
Sehingga, Kerja Sama antar individu mutlak diperlukan pada lingkup yang lebih kecil di perusahaan atau dunia bisnis dan lingkup yang lebih luas yaitu bangsa dan negara dalam rangka mencapai keberhasilan.





Selasa, 08 Maret 2016

Metoda Pemadaman Api

Terdapat tiga metoda pemadaman kebakaran yang pada dasarnya merupakan prinsip dasar dari teori pemadaman kebakaran, yaitu
a. Cara Penguraian,
b. Cara Pendinginan,
c. Cara Isolasi.

a. Cara Penguraian     

Metoda pemadaman kebakaran dengan cara penguraian dilakukan dengan cara memisahkan, menyingkirkan,  atau menjauhkan bahan-bahan ataupun benda-benda yang mudah terbakar. Contohnya,  misalnya terjadi kebakaran di gudang tekstil,  maka agar kebakaran tidak meluas, tumpukan tekstil yang terdekat dengan arah menjalarnya api harus dibongkar dan disingkirkan dijauhkan.   Tindakan tersebut biasa dilakukan berbarengan dengan Cara Pendinginan,  yaitu penyemprotan dengan air.

Cara penguraian ini biasa dilakukan dalam upaya pemadaman kebakaran di kota-kota,  khususnya pemadaman kebakaran di pemukiman padat bangunan atau pemadaman kebakaran di pasar-pasar.   Disamping melakukan pemadaman dengan pendinginan yaitu penyemprotan air,  maka sebagian bangunan rumah atau kios terdekat dengan arah menjalarnya api,  dirusak atau dirobohkan. Tujuannya agar api kebakaran tidak menjalar lebih jauh ke bangunan-bangunan lainnya di pemukiman yang padat itu.
Gambar penguraian
sumber: https://satpambmregion2.wordpress.com


Cara penguraian juga biasa digunakan untuk pemadaman kebakaran hutan.   Dalam hal ini perlu diperhatikan arah angin,  karena api kebakaran akan menjalar searah dengan arah angin.  Tindakan yang dilakukan yaitu dengan cara merobohkan pohon-pohon,  semak-semak atau alang-alang di area arah menjalarnya api.  Dengan cara tersebut api kebakaran hutan dapat dikendalikan.  Api akan padam atau berhenti menjalar karena tidak ada lagi bahan bakarnya.


b. Cara Pendinginan
Metoda pemadaman kebakaran dengan cara pendinginan dilakukan dengan penyemprotan air ke arah sumber api.  Alat yang digunakan adalah pompa-pompa air,  slang dan alat penyemprotnya atau nozzle.   Alat penyemprot air bermacam-macam jenisnya,  dan ada yang dilengkapi dengan alat pengaturan untuk menghasilkan pancaran air yang lurus atau pancaran air yang menyebar.



Gambar cara pendinginan
Sumber: dokumen pribadi

Pancaran air yang lurus digunakan bila sumber api kebakaran terlihat dengan jelas,  misalnya bagian rumah yang terbakar yang berupa kayu atau bahan lain.  Sedangkan pancaran air yang menyebar digunakan bila sumber api kebakaran tidak diketahui dengan jelas karena tertutup asap tebal.  Pancaran menyebar dimaksudkan untuk pendinginan atau untuk mengurangi kadar panas agar api tidak menjalar ( mengurung sumber api kebakaran ).


c. Cara Isolasi

Metoda pemadaman kebakaran dengan Cara Isolasi bertujuan untuk mengurangi kadar oksigen di lokasi sumber api,  atau mencegah agar api tidak bereaksi dengan oksigen yang ada di udara bebas.

Contoh-contohnya antara lain menutup sumber api dengan karung atau handuk yang telah dibasahi air.  Hal ini dilakukan misalnya untuk pemadaman kompor  yang menyala tidak terkendali.  Disamping itu bisa digunakan pasir atau tanah untuk menimbun benda yang terbakar.  

Gambar cara isolasi dengan menggunakan karung basah
Sumber: http://www.kalogistics.co.id/

Metoda isolasi ini banyak diterapkan untuk menciptakan alat-alat pemadam kebakaran portable,  misalnya pemadam api CO2,  Busa,  Bubuk Kimia Kering ( Dry Chemical Powder).
Gambar cara isolasi dengan menggunakan Dry Chemical Powder
Sumber: Dokumentasi pribadi



Teori Segitiga Api

Definisi 
Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu: panas (heat), oksigen (oxygen) dan bahan bakar (fuel)yang menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya.

Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar.

sumber: http://timestutorials.co.uk/

Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau Tetrahedron.

Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran.

CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas

Tiga unsur Api
1. Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran

2. Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang dikompresi

3. Bahan bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas.
Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya pembakaran.

a) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.

b) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.

c) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-lainnya.

Rantai Reaksi Kimia
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan.

Flammable Range: adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran.

a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan bakarnya (too lean).

b) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit): adalah batas maksimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya (too rich).






Sabtu, 07 November 2015

Makna logo atau simbol dari K3


Simbol atau logo dari suatu organisasi baik pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat dibuat dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengenali organisasi tersebut. Tampilan logo atau simbol dapat terdiri dari desain yang rumit maupun desain yang sangat sederhana. Dibalik hal tersebut, setiap logo atau simbol mempunyai pengertian atau memiliki makna yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.


Gambar logo atau simbol dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Gambar logo atau simbol K3 tersebut di atas merupakan lambang dari K3 yang telah ditetapkan oleh Kementrian Tenaga Kerja RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Adapun makna dari logo atau simbol tersebut adalah sebagai berikut:


  1. Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar putih.
  2. Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
  3. Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
  4. Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
  5. Warna Putih : bersih dan suci.
  6. Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
  7. Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Jumat, 14 Agustus 2015

Derajat Keasaman atau pH

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman air dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya kualitas air (WHO, 2005). pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa  derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang  akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air dan pencegahan korosi hingga sebagai bahan baku produksi (Damodhar, 2013).
Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI  No.492/MENKES/PER/IV/2010, mengenai persyaratan kualitas air minum,  diketahui bahwa rentang pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5–8,5. Pengaruh  yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air  minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar  dari 8,5 dapat menyebabkan korosi pada pipa air menyebabkan beberapa senyawa  kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2010).

Sedangkan pengaruh pH terhadap stabilitas fisika dan kimia sediaan obat berkaitan dengan besarnya kecepatan reaksi hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan ion hidroksil sangat dipengaruhi oleh pH. Peranan ion hidrogen sangat penting pada pH rendah (asam), peranan ion hidroksil pada pH tinggi (basa). Sementara pada pH menengah kecepatan hidrolisis dipengaruhi oleh kedua ion tersebut. Dengan bantuan logaritma konstanta laju reaksi terhadap pH, kita dapat menentukan pH stabilitas optimum, yaitu harga yang dapat menjamin sediaan obat paling stabil (Gray, 2008).



Selasa, 28 Juli 2015

Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah elektronika: Studi kasus kota Surabaya

Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah elektronika: Studi kasus kota Surabaya
Adinda Sandra Rosalinda(1, Dino Rimantho(2, Masriel Djamaloes(3
1) Fakultas Teknik Universitas 45 Surabaya
(adinrosalidra@gmail.com)
2) Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jakarta
3) Program Pasca Sarjana Untag Surabaya
ABSTRAK
Pengelolaan limbah elektronika merupakan masalah yang cukup serius di hampir semua kota bahkan negara di dunia ini. Makalah ini merupakan studi kasus dari pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Dengan menggunakan desain penelitian kualitatif yang menggunakan metode SWOT dapat diaplikasikan pada studi partisipasi masyarakat di kota Surabaya. Penelitian secara kualitatif ini lebih fokus pada keterbatasan sumber daya pemerintah daerah dalam memberikan fasilitas yang tepat pada pelayanan pengelolaan limbah elektronika. Aplikasi SWOT digunakan guna merumuskan rencana aksi strategis pengelolaan limbah elektronika untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya masyarakat serta stakeholder yang terkait. Ini akan mendorong kerjasama yang lebih baik antar stakeholder di kota Surabaya melalui pendekatan partisipatif. Berdasarkan aplikasi SWOT memungkinkan para stakeholder untuk mengeksplorasi berbagai potensi metode dan sarana yang terkait dengan ancaman, peluang dan merubah kelemahan menjadi kekuatan dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah elektronika. Melalui makalah ini, rencana implementasi strategis dapat dikembangkan pada setiap stakeholder untuk peningkatan pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya.
Kata kunci: SWOT, limbah elektronika, managemen strategi, stakeholder, Surabaya


Sumber: 
https://www.researchgate.net/publication/280533506_Aplikasi_SWOT_pada_pengelolaan_limbah_elektronika_Studi_kasus_kota_Surabaya?ev=prf_pub

Rabu, 22 Juli 2015

Bahaya Fisik

Bahaya fisik dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi paling umum yang ada di sebagian besar tempat kerja pada suatu periode tertentu. hal ini juga menyangkut mengenai keadaan tidak aman yang dapat mendorong potensi terjadinya cidera, kecelakaan kerja, penyakit kerja maupun berujung pada kematian.
Situasi bahaya ini secara umum mudah diindentifikasi lokasi tempatnya, tetapi terkadang seringkali diabaikan karena dianggap sudah terlalu biasa dan lazim dan akrab dengan kondisi seperti demikian. Sebagai contoh: kabel yang terbuka dan tidak terawat dengan baik, adanya genangan air akibat bocor, minimnya pengetahuan mengenai keselamatan kerja, atau adanya anggapan bahwa perbaikan hanya akan menghabiskan biaya saja dan lain-lain.
Bahaya fisik seringkali dihubungkan dengan sumber energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik, pneumatik, hidrolik. Beberapa contoh di bawah ini mengilustrasikan bahaya fisik, misalnya:

  • Busur api
  • Paparan peralatan listrik yang tidak terlindungi
  • Bekerja dengan peralatan tegangan tinggi
  • paparan medan elektromagnetik
  • Sambungan kabel yang salah
  • Kondisi permukaan lantai yang lepas dan longgar
  • Kondisi permukaan lantai yang basah dan licin
  • Penyimpanan benda di lantai secara sembarangan
  • Trotoar diblokir
  • Tata letak area kerja yang tidak tepat
  • Permukaan lantai yang tidak rata
  • Gerakan mengangkat yang kurang tepat
  • Pengulangan gerakan secara terus menerus
  • Postur tubuh yang tidak baik saat bekerja
  • Beban yang diterima pada kondisi tubuh statis
  • Tekanan kontak pada tubuh
  • Getaran
  • Desain stasiun kerja yang kurang baik
  • Kondisi pencahayaan
  • Suhu ekstrem
  • Paparan radiasi matahari
  • Bekerja pada ketinggian
  • Bekerja pada ruangan terbatas
  • Bekerja dengan peraltan bertenaga
  • Bahaya overheat
  • Benda bertepi tajam
  • Peralatan bergerak cepat



Sumber: Kuswana, W.S., 2014, Ergonomi dan K3, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Minggu, 19 Juli 2015

HAZARD


Hazard merupakan kondisi dimana kekuatan luar dari elemen-elemen lingkungan fisik yang dapat mendorong terjadinya bahaya bagi manusia (Burton et al., 1978). Sementara itu, terjadinya risiko kerugian yang diakibatkan oleh sumber potensi bahaya juga dapat didefinisikan sebagai hazard. Atau dengan istilah lain bahwa hazard merupakan sumber atau kondisi yang mengandung potensi bahaya yang mendorong terjadinya cidera/penyakit, kerusakan terhadap infrastruktur/pabrik maupun lingkungan hidup. Lebih lanjut, potensi terhadap ancaman keselamatan kerja yang disebabkan oleh adanya energi, zat atau kondisi kerja juga dapat didefinisikan sebagai Hazard. Hal ini dapat berupa material-material, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metoda kerja dan situasi kerja.

sumber gambar: http://www.firstaidandsafetyonline.com/


Terdapat perbedaan antara bahaya di tempat kerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya setiap saat manusia senantiasa dihadapkan dengan adanya bahaya dalam kehidupan sehari-hari, apabila tidak mempunyai tingkat kewaspadaan, seperti berjalan melintasi jalan-jalan yang sibuk dan padat, mengemudi, bekerja di kantor atau pabrik dan bermain olah raga. Meskipun demikian, manusia tidak perlu kuatir terlalu banyak tentang situasi ini. Hal ini disebabkian karena jika manusia telah terbiasa hidup dalam kebiasaan yang tertib dan disiplin terhadap berbagai situasi, dan mau mengambil pelajaran dari setiap kejadian sejak dini bagaimana mengantisipasi bahaya sehari-hari.
Manusia dapat belajar dari pengalaman pribadi, teristimewa jika telah dilatih oleh orang tua, guru dan pelatih khusus. Pemerintah kota memasang rambu-rambu lalulintas dan penyebrangan untuk pejalan kaki, produsen mobil menginstal dan mungkin memakai pelindung saat berolahraga, tetapi belum dilatih bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan bahaya yang ditemukan di tempat kerja. Hal ini yang mendasari terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan pekerjaan.
Bagaimana manusia bisa mengenali bahaya di tempat kerja? Langkah pertama untuk melindungi diri, adalah mampu mengenali bahaya dalam pekerjaan saat bekerja. Paling tidak dikenal sekitar lima jenis bahaya utama dalam lingkungan pekerjaan, misalnya:
1.       Fisik
2.       Kimia
3.       Biologi
4.       Ergonomi
5.       Psikologi

Sumber:
Burton, I., Kates, R., White, G., 1978, The environment as Hazard, New York: Oxford University

Kuswana, W.S., 2014, Ergonomi dan K3, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Sabtu, 11 Juli 2015

APPLICATION ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP): A CASE STUDY OF E-WASTE MANAGEMENT IN SURABAYA, INDONESIA

ABSTRACT
Increasing the quantity of e-waste is a concern to all stakeholders in most countries in the globe. The paper explains the method of Analytic Hierarchy Process (AHP) is applied with Expert Choice software to choose some variables that influence the management of electronic waste in the city of Surabaya. There are five variables contained in the management of electronic waste such as: Technology, Financial, Environmental, Social and Methods. Questionnaires carried out to select the five variables. Replication and questionnaire design was modified from the World Bank and UNEP. Questionnaires were distributed to five key informants located in the city of Surabaya. The result using Expert Choice software shows the values of the preference variables electronics waste management in the city of Surabaya i.e. Technology = 0.095, Financial = 0.251, = 0.455 Environmental, Social = 0.154, Method = 0.046. The judgments were found to be consistent, precise and justifiable with narrow marginal inconsistency values. This paper also provides a thorough sensitivity analysis to express the confidence in the drawn conclusions.
Keywords: E-waste, AHP, expert choice, sensitive analysis, Surabaya


sumber: 

7 alat pengawasan mutu (seven tools) dalam Statistical Quality Control

a.        Flowchart Diagram yang menggambarkan urutan suatu proses, dipakai untuk menentukan bagian mana dari proses yang bisa dijadikan...