Selasa, 08 Maret 2016

Metoda Pemadaman Api

Terdapat tiga metoda pemadaman kebakaran yang pada dasarnya merupakan prinsip dasar dari teori pemadaman kebakaran, yaitu
a. Cara Penguraian,
b. Cara Pendinginan,
c. Cara Isolasi.

a. Cara Penguraian     

Metoda pemadaman kebakaran dengan cara penguraian dilakukan dengan cara memisahkan, menyingkirkan,  atau menjauhkan bahan-bahan ataupun benda-benda yang mudah terbakar. Contohnya,  misalnya terjadi kebakaran di gudang tekstil,  maka agar kebakaran tidak meluas, tumpukan tekstil yang terdekat dengan arah menjalarnya api harus dibongkar dan disingkirkan dijauhkan.   Tindakan tersebut biasa dilakukan berbarengan dengan Cara Pendinginan,  yaitu penyemprotan dengan air.

Cara penguraian ini biasa dilakukan dalam upaya pemadaman kebakaran di kota-kota,  khususnya pemadaman kebakaran di pemukiman padat bangunan atau pemadaman kebakaran di pasar-pasar.   Disamping melakukan pemadaman dengan pendinginan yaitu penyemprotan air,  maka sebagian bangunan rumah atau kios terdekat dengan arah menjalarnya api,  dirusak atau dirobohkan. Tujuannya agar api kebakaran tidak menjalar lebih jauh ke bangunan-bangunan lainnya di pemukiman yang padat itu.
Gambar penguraian
sumber: https://satpambmregion2.wordpress.com


Cara penguraian juga biasa digunakan untuk pemadaman kebakaran hutan.   Dalam hal ini perlu diperhatikan arah angin,  karena api kebakaran akan menjalar searah dengan arah angin.  Tindakan yang dilakukan yaitu dengan cara merobohkan pohon-pohon,  semak-semak atau alang-alang di area arah menjalarnya api.  Dengan cara tersebut api kebakaran hutan dapat dikendalikan.  Api akan padam atau berhenti menjalar karena tidak ada lagi bahan bakarnya.


b. Cara Pendinginan
Metoda pemadaman kebakaran dengan cara pendinginan dilakukan dengan penyemprotan air ke arah sumber api.  Alat yang digunakan adalah pompa-pompa air,  slang dan alat penyemprotnya atau nozzle.   Alat penyemprot air bermacam-macam jenisnya,  dan ada yang dilengkapi dengan alat pengaturan untuk menghasilkan pancaran air yang lurus atau pancaran air yang menyebar.



Gambar cara pendinginan
Sumber: dokumen pribadi

Pancaran air yang lurus digunakan bila sumber api kebakaran terlihat dengan jelas,  misalnya bagian rumah yang terbakar yang berupa kayu atau bahan lain.  Sedangkan pancaran air yang menyebar digunakan bila sumber api kebakaran tidak diketahui dengan jelas karena tertutup asap tebal.  Pancaran menyebar dimaksudkan untuk pendinginan atau untuk mengurangi kadar panas agar api tidak menjalar ( mengurung sumber api kebakaran ).


c. Cara Isolasi

Metoda pemadaman kebakaran dengan Cara Isolasi bertujuan untuk mengurangi kadar oksigen di lokasi sumber api,  atau mencegah agar api tidak bereaksi dengan oksigen yang ada di udara bebas.

Contoh-contohnya antara lain menutup sumber api dengan karung atau handuk yang telah dibasahi air.  Hal ini dilakukan misalnya untuk pemadaman kompor  yang menyala tidak terkendali.  Disamping itu bisa digunakan pasir atau tanah untuk menimbun benda yang terbakar.  

Gambar cara isolasi dengan menggunakan karung basah
Sumber: http://www.kalogistics.co.id/

Metoda isolasi ini banyak diterapkan untuk menciptakan alat-alat pemadam kebakaran portable,  misalnya pemadam api CO2,  Busa,  Bubuk Kimia Kering ( Dry Chemical Powder).
Gambar cara isolasi dengan menggunakan Dry Chemical Powder
Sumber: Dokumentasi pribadi



Teori Segitiga Api

Definisi 
Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu: panas (heat), oksigen (oxygen) dan bahan bakar (fuel)yang menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya.

Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar.

sumber: http://timestutorials.co.uk/

Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau Tetrahedron.

Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran.

CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas

Tiga unsur Api
1. Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran

2. Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang dikompresi

3. Bahan bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas.
Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya pembakaran.

a) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.

b) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.

c) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-lainnya.

Rantai Reaksi Kimia
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan.

Flammable Range: adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran.

a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan bakarnya (too lean).

b) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit): adalah batas maksimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya (too rich).






7 alat pengawasan mutu (seven tools) dalam Statistical Quality Control

a.        Flowchart Diagram yang menggambarkan urutan suatu proses, dipakai untuk menentukan bagian mana dari proses yang bisa dijadikan...