Selasa, 01 Juni 2010

KONSEP SUPPLY CHAIN

Supply Chain (rantai pengadaan) atau dikenal dengan sebutan rantai pasok merupakan suatu sistem tempat organisasi atau perusahaan yang mendistribusikan barang hasil produksi dan jasanya kepada para pengguna atau konsumennya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai bentuk organisasi yang saling terkait dengan tujuan yang sama, yaitu melakukan pengadaan atau penyaluran barang tersebut sebaik mungkin. Kata “penyaluran” mungkin dianggap kurang tepat karena istilah Suply meliputi juga proses perubahan produk tersebut, misalnya bahan mentah menjadi produk setengah jadi ataupun produk jadi.

Konsep Supply Chain adalah salah satu konsep baru dalam perspektif suatu persoalan logistik. Konsep model lama melihat logistik sebagai suatu permasalahan intern pada masing-masing perusahaan dan pemecahan masalahnya hanya difokuskan pada pemecahan masalah secara internal pula. Dalam konsep logistik baru ini, permasalahan logistik ditinjau sebagai suatu masalah yang lebih luas dan lebih menyeluruh sejak dari bahan baku sampai menjadi produk jadi yang digunakan oleh konsumen akhir yang merupakan mata rantai dapat didefinisikan sebagai berikut “

“Supply Chain management is a set of approaches utilized to efficintly integrated suppliers, manufakturers, warehouses adn stores; so that merchandise is produced and at the right quantities, to the right locations, at the right time; in order to minimize systemwide cost while satisfying service level requirement (David Simchi Levi et.al., 2000.

Berdasarkan tinjauan definisi tersebut dapat diformulasikan bahwa Supply Chain adalah jaringan logistik (logistics network). Dalam integrasi hubungan ini, terdapat beberapa organisasi utama yang mempunyai kepentingan atau tujuan yang sama yaitu :
• Suppliers
• Manufacturers
• Distribution
• Retail outlets
• Customers

Chain 1 : Suppliers
Jaringan logistik dimulai dari sini, dimana suppliers adalah sumber yang menyediakan bahan pertama (bahan baku), dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini disebut suppliers dalam arti yang murni, ini termasuk juga suppliers, atau sub-suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.

Chain2 : Suppliers  Manufacturer
Mata rantai pertama dihubungkan dengan mata rantai kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau dalam bentuk yang lain yang melakukan kegiatan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan mata rantai disini telah mempunyai potensi untuk melaksanakan suatu efisiensi dan efektifitas, misalnya dengan melaksanakan pengendalian persedian, bahan setengah jadi dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturers dan tempat transit merupakan target utama dalam efisiensi dan efektifitas ini. Efisiensi dan efektifitas yang dapat dilakukan adalah sebesar 40% - 60% dapat diperoleh dari inventory carrying cost dimata rantai ini. Dengan menerapkan konsep suppliers partnering dapat diperoleh efisiensi dan efektifitas.

Chain 1-2-3 : Suppliers  Manufacturer  Distribution
Produk jadi yang telah dihasilkan sudah dapat didistribusikan kepada konsumen atau pelanggannya. Walaupun tersedia banyak cara penyaluran barang ke konsumen, yang secara umum melalui distributor dan biasanya di tempuh oleh sebagian besar Supply Chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah yang relatif besar pula dan waktunya nanti pedagang besar dapat menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

Chain 1-2-3-4 : Suppliers  Manufacturer  Distribution  Retailer Outlets
Pedagang besar biasanya memiliki gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini biasanya digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi kepada pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko-toko pengecer (retail outlets)
Meskipun beberapa pabrikan dapat secara langsung menjual barang pada konsumen namun secara relatif jumlah yang disalurkan tidak banyak.

Chain 1-2-3-4-5 : Supplier  Manufacturer  Distribution  Retail Outlets  Customers
Para pengecer atau retailer menawarkan produknya secara langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna baran tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, mini market toko serba ada, pasar swalayan, mall dan sebagainya. Rantai ini dapat dikatakan sebagai mata rantai terakhir walaupun masih ada anggapan ada satu mata rantai lagi yaitu real konsumen karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pengguna langsung (konsumen yang sebenarnya) produk atau jasa yang dimaksudkan.

Sumber :
Christoper, Martin. 1998.Logistics and supply chain management: strategies for reducing cost and improving service, London:Prentice-Hall,Inc.

Doubler,Donald W.,dan David N.Burt,1999.,Purcashing and Supply Management:Text and Cases. International edition,sixth edition,New York:McGraw-Hill Companies,Inc.

Levi, David Simchi,Philip Kaminsky, dan Edith Simchi levi,2000.,Designing and managing the Supply Chain: Concepts, Strategies and case studies, Singapore, irwin McGraw-Hill.

Poirer,CharlesC.,1999., Advanced Supply Chain Management: How to Build a Sustained Competitive Advantage, San Fransisco: Berret_Koehler Publishers,Inc.

Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto,.2002., Konsep Manajemen Supply Chain, Grasindo,Jakarta.

Thomson dan Strickland, 1993.,Strategic management: Concepts &Cases, Seventh Edition.,new York: John Wiley&Sons, Inc.

Kamis, 11 Maret 2010

Stockholm Convention sebuah pengantar

Dalam beberapa dekade terakhir ini masyarakat dunia telah mengembangkan 100.000 jenis bahan kimia sintetis yang digunakan untuk mengendalikan penyakit, meningkatkan produktifitas pangan, memberikan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Angka tersebut belum termasuk permbahan sekitar 1500 jenis bahan kimia baru setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan pola perilaku ekonomi berbasis karbohidrat ke arah pola perilaku ekonomi berbasis bahan kimia.
Dari bahan kimia yang dihasilkan tersebut terdapat kategori sebagai bahan pencemar organik yang persisten (persistent organic pollutants) atau lebih dikenal dengan nama POPs. POPs ini memiliki sifat racun (toksik) sulit terurai, bioakumulasi dan terangkut baik melalui udara, air dan spesies berpindah dan melewati batas internasional serta tersimpan jauh dari tempat pelepasan, tempat bahan tersebut berakumulasi dalam ekosistem darat dan air.sifat-sifat tersebut harus diwaspadai mengingat dampaknya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Sebagian besar masyarakat di Indonesia belum mengetahui dampak negative bahan pencemar organik yang persisten terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia khususnya kelangsungan hidup generasi mendatang.

Menurut konvensi Stockholm, POPs terdiri dari 3 kategori, yaitu :
1. Pestisida berupa : Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT), Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex dan Toxaphene.
2. Bahan kimia industri berupa Polychlorinate biphenyl (PCB) dan Hexa-chlorobenzene (HCB)
3. Produk yang tidak sengaja dihasilkan berupa Polychlorinated dibenzopdioxins (PCDD), Polychlorinated dibenzofurans (PCDF), Hexachlorobenzene (HCB) dan Polychlorinated biphenyl (PCB).
Aldrin (pestisida untuk membunuh rayap, belalang, cacing dan hama serangga lainnya) Chlordane (pestisida mengendalikan rayap dan serangga dengan spektrum yang lebih luas) DDT (pestisida untuk melindungi manusia dari malaria, tikus dan penyakit lainnya), Dieldrin (mengendalikan hama tekstil), Endrin (mengendalikan hama tikus dan hama pengerat lainnya) heptachlor (membunuh serangga tanah, rayap, belalang dan nyamuk)
Mirex (membunuh semut dan penghambat api), Toxaphene (melindungi tanaman kapas, padi, kacang-kacangan dan sayuran) hexachlorobenzene (membasmi jamur tanaman)
PCB (bahan industri sebagai cairan penyangga panas dalam trafo dan kapasitor serta sebagai bahan tambah dalam cat. kertas karbon dan plastik)
Dioxin (bahan hasil pembakaran tidak sempurna dalam proses pembuatan pestisida dan bahan kimia lain), Furans (hasil pembakaran tidak sempurna yang mengeluarkan dioxin, bahan ini ditemukan dalam campuran PCB yang diperdagangkan)

Menyadari akan resiko bahan POPs bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, maka pada bulan februari 1997 United Nations on Environmental Programme (UNEP) memutuskan penyusunan pengaturan mengenai POPs. Keputusan tersebut ditindak lanjuti dalam siding World Health Organization (WHO) yang menerima pengaturan mengenai POPs pada bulan mei 1997. Selanjutnya pada bulan juni 1998 Komisi Antar Pemerintah memutuskan pengaturan mengenai POPs agar ditingkatkan menjadi suatu konvensi. Pada tanggal 23 mei 2001, sebanyak 151 negara termasuk Indonesia menandatangani Stockholm Convention on persistent Organic Pollutants (Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten). Konvensi ini mulai berlaku (entry into force) pada tanggal 17 mei 2004.
Konvensi ini bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan POPs dengan cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan penggunaannya serta mengelola timbunan bahan POPs yang berwawasan lingkungan.

Dampak POPs bagi kesehatan manusia antara lain gangguan sistem kekebalan tubuh, kanker, sistem susunan saraf, berdampak kronis pada proses reproduksi, gangguan pencernaan dan lesi pada kulit

Stockholm Convention sebuah pengantar

Dalam beberapa dekade terakhir ini masyarakat dunia telah mengembangkan 100.000 jenis bahan kimia sintetis yang digunakan untuk mengendalikan penyakit, meningkatkan produktifitas pangan, memberikan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Angka tersebut belum termasuk permbahan sekitar 1500 jenis bahan kimia baru setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan pola perilaku ekonomi berbasis karbohidrat ke arah pola perilaku ekonomi berbasis bahan kimia.
Dari bahan kimia yang dihasilkan tersebut terdapat kategori sebagai bahan pencemar organik yang persisten (persistent organic pollutants) atau lebih dikenal dengan nama POPs. POPs ini memiliki sifat racun (toksik) sulit terurai, bioakumulasi dan terangkut baik melalui udara, air dan spesies berpindah dan melewati batas internasional serta tersimpan jauh dari tempat pelepasan, tempat bahan tersebut berakumulasi dalam ekosistem darat dan air.sifat-sifat tersebut harus diwaspadai mengingat dampaknya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Sebagian besar masyarakat di Indonesia belum mengetahui dampak negative bahan pencemar organik yang persisten terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia khususnya kelangsungan hidup generasi mendatang.

Menurut konvensi Stockholm, POPs terdiri dari 3 kategori, yaitu :
1. Pestisida berupa : Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT), Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex dan Toxaphene.
2. Bahan kimia industri berupa Polychlorinate biphenyl (PCB) dan Hexa-chlorobenzene (HCB)
3. Produk yang tidak sengaja dihasilkan berupa Polychlorinated dibenzopdioxins (PCDD), Polychlorinated dibenzofurans (PCDF), Hexachlorobenzene (HCB) dan Polychlorinated biphenyl (PCB).
Aldrin (pestisida untuk membunuh rayap, belalang, cacing dan hama serangga lainnya) Chlordane (pestisida mengendalikan rayap dan serangga dengan spektrum yang lebih luas) DDT (pestisida untuk melindungi manusia dari malaria, tikus dan penyakit lainnya), Dieldrin (mengendalikan hama tekstil), Endrin (mengendalikan hama tikus dan hama pengerat lainnya) heptachlor (membunuh serangga tanah, rayap, belalang dan nyamuk)
Mirex (membunuh semut dan penghambat api), Toxaphene (melindungi tanaman kapas, padi, kacang-kacangan dan sayuran) hexachlorobenzene (membasmi jamur tanaman)
PCB (bahan industri sebagai cairan penyangga panas dalam trafo dan kapasitor serta sebagai bahan tambah dalam cat. kertas karbon dan plastik)
Dioxin (bahan hasil pembakaran tidak sempurna dalam proses pembuatan pestisida dan bahan kimia lain), Furans (hasil pembakaran tidak sempurna yang mengeluarkan dioxin, bahan ini ditemukan dalam campuran PCB yang diperdagangkan)

Menyadari akan resiko bahan POPs bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, maka pada bulan februari 1997 United Nations on Environmental Programme (UNEP) memutuskan penyusunan pengaturan mengenai POPs. Keputusan tersebut ditindak lanjuti dalam siding World Health Organization (WHO) yang menerima pengaturan mengenai POPs pada bulan mei 1997. Selanjutnya pada bulan juni 1998 Komisi Antar Pemerintah memutuskan pengaturan mengenai POPs agar ditingkatkan menjadi suatu konvensi. Pada tanggal 23 mei 2001, sebanyak 151 negara termasuk Indonesia menandatangani Stockholm Convention on persistent Organic Pollutants (Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten). Konvensi ini mulai berlaku (entry into force) pada tanggal 17 mei 2004.
Konvensi ini bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan POPs dengan cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan penggunaannya serta mengelola timbunan bahan POPs yang berwawasan lingkungan.

Dampak POPs bagi kesehatan manusia antara lain gangguan sistem kekebalan tubuh, kanker, sistem susunan saraf, berdampak kronis pada proses reproduksi, gangguan pencernaan dan lesi pada kulit

Minggu, 07 Maret 2010

Pembangunan berwawasan lingkungan

-->

Di era globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi yang sangat cepat menjadikannya sebagai primadona karena dianggap dapat memberikan kemajuam masyarakat industri dan masyarakat modern, hal ini dipandang bahwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu membuat manusia menyelesaikan sejumlah persoalah atau permasalahan dalam kehidupannya, sehingga dengan sendirinya manusia saling berlomba untuk mengembangkan dan menciptakan ilmu dan teknologi yang baru.
Beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan dalam pengembangan dan penggunaan ilmu pengetahuan karena pada realitas kehidupan teknologi yang didukung oleh ilmu pengetahuan memberikan efek samping yang tidak sedikit baik yang memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungannya maupun kerusakan bagi manusia dan lingkungannya.
Sebagai salah satu bagian utama dari lingkungan yang sangat komplek, manusia memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan penduduk, industrialisasi, pembangunan infrastruktur, penggunaan insektisida pada pertanian, pengembangan industri berbahan radioaktif, pembangunan pelabuhan baru, terminal bus, stasiun kereta api, pengembangan wilayah baru yang kesemuanya tersebut mempercepat proses perubahan lingkungan.
Dalam lingkungan hidup yang terdiri dari sistem-sistem yang mempunyai komponen yang bertujuan guna mencapai dan menjaga keseimbangan, apabila pada salah satu komponen sistem terganggu baik secara kuantitas maupun secara prosesnya maka secara signifikan akan memberikan pengaruh pula pada keseimbangan lingkungannya. Dalam kondisi seperti ini bila gangguan tersebut berada pada batas-batas (daya dukung) sumber daya yang ada dalam lingkungan sudah tidak mampu lagi memberikan dukungannya kepada manusia dan makhluk hidup lainnya dengan baik, hal ini dapat dikatakan bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan. Misalnya, bila area hutan yang di buka baik untuk kawasan pertanian ataupun pengembangan wilayah terlalu luas yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan, maka pada musim penghujan datang yang terjadi adalah banjir, hal ini terjadi karena tanah sudah tidak lagi mampu menahan arus air yang disebabkan tidak adanya atau berkurangnya akar-akar tanaman atau pepohonan.
contoh lainnya adalah, sebagai makhluk hidup manusia selalu mendayagunakan unsur-unsur dari alam semesta, manusia juga membuang kembali segala sesuatu yang tidak dipergunakan lagi ke alam semesta. Tindakan ini akan berakibat buruk terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya apbila jumlah buangan terlalu banyak sehingga alam tidak mampu lagi membersihkan secara keseluruhan dengan sendirinya (proses self purification terlampaui), dengan demikian lingkungan dan sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari menjadi terkontaminasi.
Pembangunan yang tengah dilaksanakan di Indonesia di dasarkan pada pembangunan yang berkelanjutan (continous improvement) yang berwawasan lingkungan, yaitu pembangunan dengan penghematan dalam penggunaan sumber daya alam yang didasari pada pertimbangan generasi mendatang. Atau dengan kata lain bahwa pembangunan yang tengah dilaksanakan saat ini disamping untuk memenuhi kebutuhan pada masa sekarang juga diharapkan memperhatikan kecukupan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Pembangunan berwawasan lingkungan dapat juga diartikan dengan pembangunan yang menggunakan pendekatan ekosistem lingkungan.
Tidak sedikit pembangunan yang menunjukkan kurangnya pemahaman akan hubungan antara manusia dan lingkungannya serta kurangnya pemahaman tentang sifat manusia yang dapat menyebabkan terjadinya bencana. Pada dasarnya pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah fisik akan tetapi haruslahh memasukkan unsur-unsur keselarasan, keseimbangan dan kesinambungan dalam pelaksanaannya. Keseimbangan hubungan antara sesama manusia dan keseimbangan manusia dengan lingkungan alam.
Sebagai salah satu komunitas dalam bagian lingkup lingkungan yang global, tuntutan adanya arus globalisasi di hampir semua aspek kehidupan tidak dapat dihindarkan dan harus dihadapi. Pada era globalisasi ini bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan perubahan global yang disebabkan oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur universal budaya, artinya bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat ditemui di semua kebudayaan seluruh bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan manusia dan juga memberikan dampak negatif bila salah arah dalam pelaksanaannya

Pembangunan berwawasan lingkungan



Di era globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi yang sangat cepat menjadikannya sebagai primadona karena dianggap dapat memberikan kemajuam masyarakat industri dan masyarakat modern, hal ini dipandang bahwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu membuat manusia menyelesaikan sejumlah persoalah atau permasalahan dalam kehidupannya, sehingga dengan sendirinya manusia saling berlomba untuk mengembangkan dan menciptakan ilmu dan teknologi yang baru.
Beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan dalam pengembangan dan penggunaan ilmu pengetahuan karena pada realitas kehidupan teknologi yang didukung oleh ilmu pengetahuan memberikan efek samping yang tidak sedikit baik yang memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungannya maupun kerusakan bagi manusia dan lingkungannya.
Sebagai salah satu bagian utama dari lingkungan yang sangat komplek, manusia memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan penduduk, industrialisasi, pembangunan infrastruktur, penggunaan insektisida pada pertanian, pengembangan industri berbahan radioaktif, pembangunan pelabuhan baru, terminal bus, stasiun kereta api, pengembangan wilayah baru yang kesemuanya tersebut mempercepat proses perubahan lingkungan.
Dalam lingkungan hidup yang terdiri dari sistem-sistem yang mempunyai komponen yang bertujuan guna mencapai dan menjaga keseimbangan, apabila pada salah satu komponen sistem terganggu baik secara kuantitas maupun secara prosesnya maka secara signifikan akan memberikan pengaruh pula pada keseimbangan lingkungannya. Dalam kondisi seperti ini bila gangguan tersebut berada pada batas-batas (daya dukung) sumber daya yang ada dalam lingkungan sudah tidak mampu lagi memberikan dukungannya kepada manusia dan makhluk hidup lainnya dengan baik, hal ini dapat dikatakan bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan. Misalnya, bila area hutan yang di buka baik untuk kawasan pertanian ataupun pengembangan wilayah terlalu luas yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan, maka pada musim penghujan datang yang terjadi adalah banjir, hal ini terjadi karena tanah sudah tidak lagi mampu menahan arus air yang disebabkan tidak adanya atau berkurangnya akar-akar tanaman atau pepohonan.
contoh lainnya adalah, sebagai makhluk hidup manusia selalu mendayagunakan unsur-unsur dari alam semesta, manusia juga membuang kembali segala sesuatu yang tidak dipergunakan lagi ke alam semesta. Tindakan ini akan berakibat buruk terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya apbila jumlah buangan terlalu banyak sehingga alam tidak mampu lagi membersihkan secara keseluruhan dengan sendirinya (proses self purification terlampaui), dengan demikian lingkungan dan sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari menjadi terkontaminasi.
Pembangunan yang tengah dilaksanakan di Indonesia di dasarkan pada pembangunan yang berkelanjutan (continous improvement) yang berwawasan lingkungan, yaitu pembangunan dengan penghematan dalam penggunaan sumber daya alam yang didasari pada pertimbangan generasi mendatang. Atau dengan kata lain bahwa pembangunan yang tengah dilaksanakan saat ini disamping untuk memenuhi kebutuhan pada masa sekarang juga diharapkan memperhatikan kecukupan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Pembangunan berwawasan lingkungan dapat juga diartikan dengan pembangunan yang menggunakan pendekatan ekosistem lingkungan.
Tidak sedikit pembangunan yang menunjukkan kurangnya pemahaman akan hubungan antara manusia dan lingkungannya serta kurangnya pemahaman tentang sifat manusia yang dapat menyebabkan terjadinya bencana. Pada dasarnya pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah fisik akan tetapi haruslahh memasukkan unsur-unsur keselarasan, keseimbangan dan kesinambungan dalam pelaksanaannya. Keseimbangan hubungan antara sesama manusia dan keseimbangan manusia dengan lingkungan alam.
Sebagai salah satu komunitas dalam bagian lingkup lingkungan yang global, tuntutan adanya arus globalisasi di hampir semua aspek kehidupan tidak dapat dihindarkan dan harus dihadapi. Pada era globalisasi ini bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan perubahan global yang disebabkan oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur universal budaya, artinya bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat ditemui di semua kebudayaan seluruh bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan manusia dan juga memberikan dampak negatif bila salah arah dalam pelaksanaannya

Permasalahan lingkungan hidup

Seiring dengan perkembangan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya ternyata secara langsung atau tidak langsung membawa pengaruh terhadap keseimbangan lingkungan hidup dimana manusia tersebut berada. Kemajuan tersebut dapat diibaratkan sebagai sebilah pedang bermata dua yang berarti bahwa kemajuan ilmu pengetahuan digunakan untuk memahami kebutuhan manusia dan akan atau dapat pula digunakan untuk menghancurkannya.
Dengan segala kelebihannya manusia dengan akal dan pikirannya yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menjadikan manusia sebagai salah satu makhluk Tuhan yang paling “Berkuasa” di alam ini. semua penemuan-penemuan ilmiah yang pada awalnya ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan manusia dapat menjadi “senjata makan tuan” bila prinsip-prinsip keseimbangan alam tidak diperhatikan. Guna dapat menjalani kehidupan yang berkelanjutan, manusia harus memahami lingkungannya dan mengatur pemakaian sumber-sumber daya alam dengan cara yang sepatutnya dan bertanggung jawab serta harus mampu menjaga kelestariannya demi generasi mendatang.
Pemahaman ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungan ini sangat penting agar dapat mencari akar permasalahan dan memberikan beberapa alternatif solusi penyelesaian secara terpadu, menyeluruh dan tepat guna. Sebagai contoh, untuk dapat mengatasi permasalahan pencemaran udara yang terjadi di hampir kota besar yang disebabkan oleh kendaraan bermotor tidak hanya diselesaikandengan pembuatan atau penambahan infrastruktur jalan raya atau jalan layang agar volume kendaraan sebanding dengan panjang dan lebar jalan, akan tetapi haruslah memperhatikan pula pada pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor, mendorong penggunaan kendaraan umum massal (Mass Rapid Transportation) seperti kereta api listrik atau penggunaan busway, penambahan kawasan terbuka hijau, penggunaan teknologi informasi seperti akses internet dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga mengurangi tingkat kehadiran karyawan pada level-level tertentu, perubahan pada desain mesin kendaraan bermotor terutama pada pengurangan emisi gas buangnya, yang kesemuanya itu ditujukan untuk mengurangi mobilitas manusia di jalan raya.
Contoh lainnya adalah terjadinya penumpukan sampah di kota-kota besar yang diselesaikan hanya dengan mengangkut kemudian membuang sampah tersebut di suatu lokasi yang berada jauh dari pusat kota, maka masalah sampah ini sebenarnya tidak terselesaikan tetapi hanya memindahkan masalah baru ke tempat yang lain. Masalah tersebut seperti pencemaran pada air tanah, pencemaran udara yang disebabkan pembakaran sampah, muncul dan bertambahnya hewan-hewan pembawa penyakit, pemandangan menjadi tidak sedap, sehingga pada akhirnya timbul kerugian yang besar dalam bentuk gangguan kesehatan manusia.
Fenomena masalah lingkungan diperkotaan semakin banyak bermunculan seperti meningkatnya suhu udara, tingkat polusi yang semakin tinggi, rusak atau hilangnya berbagai habitat yang diikuti dengan menurunnya keanekaragaman hayati flora dan fauna, pemandangan yang menjadi tidak indah lagi serta berbagai macam permasalahan sosial yang tumbuh seiring dengan munculnya permasalahan pada lingkungan. Dalam setiap pembangunan atau pengembangan wilayah selalu menjadikan kawasan ruang terbuka hijau atau vegetasi sebagai korban, padahal fungsi dari vegetasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungannya.
Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa hal, yaitu komponen-komponen yang ada terlibat dalam aksi-reaksi dan berperan sesuai kondisi keseimbangan, pemindahan energi (arus energi), dan siklus biogeokimia dapat berlangsung. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu bila terjadi perubahan berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem. Salah satu faktor penyebab gangguan adalah polusi di samping faktor-faktor yang lain
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak bagi manusia dan lingkungannya.
Kerusakan lingkungan disebabkan pertambahan penduduk yang tidak terkontrol, yang tidak seimbang dengan peningkatan kualitas atau kemampuan dalam pengelolaan sumber daya atau dengan kata lain bahwa perkembangan penduduk suatu wilayah secara kuantitas tidak diikuti oleh peningkatan kualitas dan keseimbangan mobilitas penyebarannya. disamping kerusakan lingkungan yang disebabkan secara langsung oleh manusia, kerusakan lingkungan dapat terjadi karena peristiwa secara alami seperti terjadinya bencana gempa bumi, angin topan atau letusan gunung berapi.
Pada era informasi dengan ditandai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mobilitas penduduk terjadi sangat cepat. Mobilitas penduduk yang sangat cepat tersebut dapat meningkatkan kualitas penduduk juga akan meningkatkan kualitas pendidikan, hal dalam kondisi seperti ini kebutuhan akan tempat tinggal akan meningkat pula dengan cepat sehingga membawa akibat terhadap kebutuhan lingkungan menjadi besar pula. Kebutuhan tersebut biasanya diperuntukkan untuk menunjang sarana dan prasarana yang ada disuatu wilayah sebagai akibat adanya keunggulan ekonomi di kota-kota besar yang mengundang terjadinya proses urbanisasi dari masyarakat ke kota untuk mengejar pendapatan yang lebih baik di kota.
Beberapa perubahan lingkungan karena aktifitas manusia :
• Pembalakan liar atau penebangan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.
Walaupun angka penebangan liar yang pasti sulit didapatkan karena aktivitasnya yang tidak sah, beberapa sumber terpercaya mengindikasikan bahwa lebih dari setengah semua kegiatan penebangan liar di dunia terjadi di wilayah-wilayah daerah aliran sungai Amazon, Afrika Tengah, Asia Tenggara, Rusia dan beberapa negara-negara Balkan.
• Penebangan pohon–pohon di hutan tanpa perhitungan akan menimbulkan berbagao akibat yang saling berkaitan, antara faktor biotik dan faktor abiotik. Hilangnya pohon akan menyebabkan tanah menjadi terbuka dan terkena cahaya matahari secara langsung.
• Pembangunan banyak mendatangkan keuntungan. Akan tetapi, jika pembangunan itu dilaksanakan tidak memperhatikan lingkungan, dapat menimbulkan dampak negatif.
• Penggunaan pestisida dimaksudkan untuk membunuh makhluk - makhluk yang tidak dikehendaki keberadaannya, seperti serangga, tanaman pengganggu, jamur, tikus, dan bakteri. Akan tetapi, pestisida dapat menimbulkan pencemaran.
• Perubahan lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam seperti kebakaran hutan di musim kemarau menyebabkan kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut. Selain itu, terjadinya letusan gunung menjadikan kawasan di sekitarnya rusak.


Gambar : Banjir adalah salah satu dampak dari aktifitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan.

Definisi lingkungan hidup

Secara umum definisi dari lingkungan hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Bagi manusia, lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitarnya baik berupa benda hidup, benda mati, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia lainnya serta keadaan atau kondisi yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara unsur-unsur dialam tersebut.
Pada perencanaan pembangunan suatu wilayah terdapat istilah binaan atau buatan yang dapat diartikan sebagai suatu lingkungan yang ditandai dominasi struktur buatan manusia. Sistem lingkungan binaan atau buatan bergantung pada asupan energi, sumber daya dan rekayasa manusia untuk dapat bertahan dalam jangka waktu yang diprediksi lamanya. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup lingkungan binaan maka diperlukan upaya-upaya perlindungan lingkungan hidup dari pengaruh-pengaruh dari luar seperti terjadinya pencemaran, kebisingan, pemanasan global serta perusakan sumber daya alam.

Gambar : Lingkungan Alami (1) 

 Gambar Lingkungan Buatan (2)

Dalam usaha perlindungan lingkungan hidup dan untuk mempermudah dalam pemahamannya maka lingkungan dapat dikelompokkan, antara lain :
• Lingkungan yang hidup (biotik) dan lingkungan tidak hidup (abiotik)
• Lingkungan alamiah dan lingkungan buatan
• Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal
• Lingkungan biofisis dan lingkungan psikososial
• Lingkungan air, udara, tanah, biologis dan sosial
• Kombinasi dari masing-masing klasifikasi tersebut.
Pengetahuan terhadap hubungan antar jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi setiap permasalahan lingkungan secara terpadu dan tepat sasaran.

Pendahuluan Lingkungan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya yang tumbuh dengan pesat memberi dampak pada peta politik dan ekonomi dunia serta membawa berbagai macam tantangan, masalah, peluang dan harapan baru. Pada beberapa tahun dasawarsa terakhir ini fenomena masalah lingkungan dihampir semua wilayah baik perkotaan maupun pedesaan mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan adanya kenaikan suhu udara, semakin berkurangnya keanekaragaman hayati flora dan fauna yang mempengaruhi habitatnya serta berbagai macam masalah sosial yang ditimbulkan dari adanya masalah lingkungan.
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungan sangat bergantung pada taraf tingginya ilmu pengetahuan sosial budayanya. pada masyarakat yang masih mengenal teknologi sederhana akan mampu lahan hutan yang disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhannya, sebaliknya pada masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan sosial dan budayanya lebih maju akan mengubah lingkungan hidup pada sampai tahap yang sangat tinggi bahkan diluar batas kemampuan atau kebutuhannya.
Perubahan lingkungan hidup dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan taraf hidup manusia tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan apabila tidak mengetahui dan mengetahui proses yang terjadi didalam ekosistem secara signifikan akan mengikuti perubahan modifikasi lingkungan. Apabila hal tersebut dilakukan dan pada akhirnya alam sudah tidak mampu lagi menyediakan apa yang menjadi kebutuhan manusia serta mempertahankan keseimbangannya maka hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi seperti halnya banjir yang disebabkan berkurang atau tidak adanya area tangkapan air hujan yang diakibatkan penggunaan hutan atau area terbuka hijau guna keperluan yang lain.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu rangkaian interaksi antar sistem yang terjadi sejak manusia tersebut dilahirkan, hal ini terjadi disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia dalam kelangsungan hidupnya mempunyai hubungan timbal balik dalam melaksanakan aktifitasnya sebagai manusia ia akan dipengaruhi lingkungannya tetapi sebaliknya dia juga mempengaruhi lingkungannya. Manusia tanpa lingkungan hanyalah suatu benda abstrak belaka. Manusia bukan hanya sebagai manusia individu tetapi manusia juga sebagai makhluk yang berkelompok dan populasinya akan saling mempengaruhi lingkungan sebagai tempat tinggalnya. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem.
Seluruh makhluk hidup dalam batas-batas tertentu dan memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini memungkinkan makhluk tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri (adaptasi) yang besar suatu makhluk hidup maka ia dapat menempati habitat yang bermacam-macam. Manusia merupakan salah satu contoh makhluk hidup yang mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, dari daerah hutan tropis yang panas dan lembab, gurun pasir yang panas dan kering hingga pada daerah arketik yang dingin dan ber-es terdapat manusia. Dengan kemampuan adaptasi yang tinggi populasi manusia terus bertambah dan memenuhi habitat baru. Proses adaptasi dapat terjadi dengan proses fisiologi, morfologi, kultural hingga penggunaan teknologi.

Pemeliharaan Terencana ( Planned Maintenance )

Secara umum planned maintenance atau yang biasa disebut sebagai pemeliharaan secara terencana digolongkan atas dua yaitu : (1) Preventive Maintenance dan (2) Predictive Maintenance. Kedua jenis pemeliharaan tersebut dilakukan secara terencana. Namun demikian keduanya mengacu pada dua faktor yang berbeda dalam pelaksanaannya dimana untuk preventive maintenance lebih didasarkan pada waktu atau biasa disebut dengan Time Based Maintenance (TBM), sedangkan predictive maintenance lebih didasarkan oleh kondisi peralatan atau mesin-mesin yang dijalankan atau biasa disebut dengan Conditional Based Maintenance (CBM).
A. Preventive Maintenance
Preventive maintenance atau pemeliharaan preventif merupakan suatu metode pemeliharaan yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya gangguan pada operasional sekecil mungkin. Konsep preventive maintenance memiliki banyak pengertian.. Secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu program pemeliharaan yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi atau menghindari kegiatan-kegiatan yang bersifat corrective dan breakdown maintenance.
Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan preventif adalah rangkaian aktifitas yang bersifat pemeriksaan atau inspeksi yang dilakukan secara berkala dengan tujuan mencegah agar peralatan atau mesin yang dimiliki tidak mengalami kegagalan fungsi atau kerusakan yang mengakibatkan adanya gangguan terhadap proses produksi atau operasional suatu kegiatan usaha.
Kegiatan pemeliharaan berbeda dengan kegiatan produksi yang senantiasa berulang. Meskipun terjadi pengulangan itupun terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk melakukan pemeliharaan suatu alat atau mesin, teknisi bidang maintenance dituntut untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan bisa berbeda satu sama lain sekalipun dilakukan oleh orang yang sama. Hal tertentu yang dilakukan saat ini belum tentu sama dengan apa yang akan dilakukan sebulan kemudian. Kondisi tersebut jelas cukup menyulitkan dalam memperkirakan saat perbaikan atau evaluasi untuk kepentingan pengembangan di masa yang akan datang.
Pada awalnya kegiatan pemeliharaan hanya dilakukan pada saat mesin mengalami gangguan saja yang kemudian dikenal sebagai breakdown maintenance. Namun kemudian teknik pemeliharaan semakin berkembang dengan adanya preventive maintenance yang mengandalkan inspeksi sebagai senjata ampuh untuk menekan terjadinya breakdown. Dengan demikian dalam perencanaan maupun operasinya dititikberatkan pada proses inspeksi.
Pada mulanya preventive maintenance melaksanakan kegiatan inspeksi berdasarkan periode waktu tertentu, pelaksanaan menjadi lebih mudah dikarenakan mengacu pada jadual inspeksi untuk melihat gejala kerusakan yang ada. Inspeksi direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu sedikit namun juga tidak berlebihan serta dilakukan secara berkala seperti halnya membersihkan dan mengganti sukucadang.
Kegiatan inspeksi merupakan kegiatan kunci pada preventive maintenance. Darimana kita dapat mengetahui kegiatan inspeksi pada suatu mesin/alat ? Sekalipun hal tersebut telah ada di dalam buku petunjuk perawatan (Manual book) namun itu hanya merupakan patokan saja. Hal ini disebabkan adanya perbedaan satu sama lain baik kondisi kerja maupun lingkungan mesin/alat tersebut sekalipun tipe dan spesifikasinya sama. Mesin/alat yang pemakaiannya terputus-putus lebih banyak memerlukan inspeksi dibandingkan dengan mesin/alat yang dipakai secara terus-menerus. Dalam hal ini Teknisi merupakan orang yang paling memahami bagaimana cara mengambil nilai yang tepat berdasarkan buku petunjuk perawatan dan pengalaman yang dimilikinya.
Suatu program preventive maintenance yang komprehensif akan melakukan evaluasi secara teratur terhadap peralatan, mesin atau sistem-sistem yang sangat penting untuk mendeteksi permasalahan yang mungkin muncul serta pekerjaan perawatan yang bersifat segera atau darurat yang dapat menghindari terjadinya penurunan kondisi pada saat beroperasi.
Seluruh kegiatan prefentive maintenance dapat digolongkan ke dalam empat periode pekerjaan, antara lain :
1. Perencanaan (Planning)
Rencana kegiatan perawatan disusun dalam apa yang disebut program perawatan tahunan yang kemudian akan lebih dirinci dalam periode mingguan.
2. Pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan preventive maintenance mengutamakan hasil inspeksi maupun perbaikan yang dituangkan dalam bentuk laporan inspeksi. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk kebijaksanaan yang tepat di waktu yang akan datang.
3. Evaluasi dan Analisa (Evaluation and Analyze)
Evaluasi dan analisa merupakan pengolahan data yang didapat sebagai hasil pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Tindak lanjut merupakan upaya perbaikan rencana kegiatan setelah diperoleh hasil-hasil evaluasi dan analisa yang merupakan hasil pengolahan data yang diperoleh dari pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya.
4. Tindak lanjut (Improvement)
Tindak lanjut merupakan upaya perbaikan rencana kegiatan setelah diperoleh hasil-hasil evaluasi dan analisa.
Hal yang utama dalam kegiatan preventive maintenance adalah bagaimana menyusun suatu rencana kegiatan yang akan menjadi acuan selama periode tertentu. Semua kegiatan akan didasarkan pada rencana ini yang terdiri dari rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang berupa program tahunan dan rencana jangka pendek berupa program mingguan. Program mingguan itu sendiri merupakan penjabaran dari program tahunan dengan penyesuaian pada kondisi pelaksanaan di lapangan. Program tersebut harus mampu dijalankan secara konsisten namun tetap tidak boleh kaku dan memungkinkan untuk terjadinya penyesuaian-penyesuaian kecil.
Ciri yang tampak pada metode preventive maintenance adalah pada perencanaan yang menjadi acuan untuk suksesnya metode ini. Perencanaan itu sendiri merupakan salah satu tahap penerapan metode preventive maintenance. Sekalipun kegiatan perawatan ini memiliki sifat fleksibel dalam waktunamun penundaan kegiatan preventive maintenance sama artinya dengan mengundang breakdown.
Langkah-langkah yang harus ditempuh mengikuti prosedur sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
1. Kumpulkan semua informasi pemeliharaan
2. Buatlah standar pemeliharaan alat
3. Susunlah prosedur kerja pemeliharaan
4. Plot kedalam program tahunan

B. Predictive Maintenance
Berbeda halnya dengan Preventive maintenance, aktivitas pekerjaan pada predictive maintenance biasanya menggunakan alat-alat diagnostik untuk memonitor dan mendiagnosa kondisi mesin saat beroperasi. Kegiatan pemeliharaan dalam predictive maintenance yang mengacu pada “Conditional Based Maintenance (CBM)” lebih ditentukan oleh kondisi aktual alat dan bukan oleh jadual pemeliharaan.
Predictive maintenance bisa didefinisikan sebagai beberapa inspeksi yang dijalankan dengan menggunakan alat berteknologi tinggi yang digunakan untuk meramalkan kapan kemungkinan akan terjadinya kegagalan fungsi. Alat tersebut dapat memberikan manfaat dan memberikan kita lebih banyak waktu untuk terjun dan terlibat langsung sebelum terjadi kegagalan.
Predictive maintenance relatif baru digunakan secara umum. Mengetahui adanya suatu perubahan dari kondisi fisik merupakan alasan dasar untuk dilakukannya aktivitas perawatan, Sesuatu yang logis untuk mempertimbangkan penggunaan alat monitoring, alat ukur terutama untuk menentukan perubahan-perubahan yang significant.
Untuk mesin atau alat yang bekerja secara tetap, terjadinya gangguan pada peralatan bisa dideteksi sebelumnya dengan cara mengamati data yang ada pada riwayat alat. Cara lain adalah menempatkan alat monitor getaran untuk mengetahui perubahan pola getaran mesin/alat tersebut. Dengan cara itu masih terdapat waktu yang cukup untuk melakukan persiapan sebelum kerusakan sesungguhnya terjadi.
Predictive maintenance mungkin adalah yang paling banyak disalahartikan dan disalahgunakan oleh perusahaan-perusahaan yang sedang menjalankan program peningkatan perawatan. Kebanyakan pengguna mengartikannya sebagai upaya untuk menghindari terjadinya bahaya kegagalan fungsi. Predictive maintenance adalah lebih dari sekedar suatu alat penjadualan aktivitas perawatan dan seharusnya tidak dibatasi untuk pengelolaan aktivitas perawatan. Sebagai bagian terintegrasi dari program total plant performance management, diharapkan mampu memberikan arti untuk meningkatkan kapasitas produksi, mencapai kualitas produk yang diharapkan dan secara keseluruhan adalah sudah seberapa efektif sistem atau proses produksi atau pabrikasi yang kita lakukan.
Hasil keluaran dari program predictive maintenance adalah berupa data dan dapat digunakan untuk lebih dari sekedar pengukuran kondisi operasi dari mesin-mesin yang sangat penting. Namun demikian tanpa adanya komitmen dan dukungan yang kuat dari top manajemen serta kerjasama yang luas dari seluruh fungsi yang ada, sebuah program predictive maintenance yang dijalankan tidak akan berarti apa-apa terlebih untuk mengubah rendahnya kinerja atau performance dari suatu organisasi.

Pemeliharaan Rutin (Proactive Maintenance)

Proactive Maintenance pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai pemeliharaan (maintenance) secara berkala yang biasanya langsung dilaksanakan oleh operator produksi pada saat pelaksanaan pekerjaan diluar tugasnya sebagai operator produksi (biasanya tugas pemeliharaan menjadi tanggung jawab departemen maintenance). Tujuan dari dilaksanakannya pemeliharaan (maintenance) secara berkala di luar tugas departemen maintenance tersebut bagi operator produksi antara lain adalah :
1. Mengerti fungsi dan mekanisme mesin/alat sehingga dapat mengoperasikan mesin/alat dengan benar.
2. Mengerti kondisi tidak normal dari mesin/alat sehingga dapat menjaga kondisi dasar mesin/alat.
3. Memahami hubungan mesin/alat dengan kualitas
4. Mencegah laju kemunduran mesin/alat
5. Memanfaatkan mesin/alat untuk membina cara bekerja dan berfikir
6. Melakukan perbaikan & manajemen yang tepat menuju kondisi ideal
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh operator produksi dalam menerapkan program pemeliharaan secara berkala atau rutin tersebut guna mencapai target yang diharapkan antara lain : Menjaga kebersihan mesin dan lingkungannya, Penanggulangan sumber kontaminasi, Penyusunan standar prosedur pemeliharaan, pelaksanaan inspeksi umum pada alat/mesin, pelaksanaan inspeksi mandiri, pelaksanaan manajemen lokasi kerja dan pelaksanaan manajemen diri sepenuhnya.
Dari beberapa tahapan tersebut di atas, paling tidak bisa digolongkan ke dalam tiga kategori aktivitas utama yang biasa disebut sebagai TLC (Tighten, Lubricate, Clean). Bila diartikan Tighten berarti berkaitan dengan aktivitas-aktivitas pengencangan part-part mesin/alat seperti baut. Yang kedua adalah lubricate yang berarti aktivitas pelumasan terhadap bagian-bagian tertentu yang membutuhkan pelumasan yang bertujuan untuk menghindari karat atau melindungi bagian kontak, dsb. Sementara aktivitas yang ketiga adalah Clean yang berarti operator produksi bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan mesin. Ketiga faktor tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja mesin/alat sehingga potensi terjadinya kegagalan fungsi kemungkinan akan dapat dideteksi secara dini.
Pelaksanaan pemeliharaan rutin atau mandiri ini relatif sulit untuk dijalankan terutama di perusahaan yang memiliki budaya kerja dimana tugas-tugas perawatan mesin/alat sepenuhnya diserahkan ke bagian perawatan. Operator produksi hanya sebagatas menggunakan mesin/alat tanpa mau dipusingkan oleh aktivitas-aktivitas yang bersifat TLC. Hal ini terlihat sekali pada perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan dalam menerapkan Total Productive Maintenance dikarenakan budaya kerja yang tidak memungkinkan seperti tidak ada totalitas dari seluruh komponen perusahaan dan minimnya kepedulian terhadap aktivitas perawatan serta selalu berpandangan bahwa pekerjaan perawatan sepenuhnya berada di pundak departemen maintenance.

Reaktif Maintenance ( Breakdown Maintenance )

Breakdown Maintenance merupakan aktivitas maintenance (pemeliharaan) yang dilakukan sebagai reaksi atau tindakan segera yang menduduki prioritas utama untuk mengembalikan kondisi peralatan atau mesin pada kondisi atau keadaan normal setelah mengalami kegagalan fungsi yang mengakibatkan peralatan tersebut berhenti beroperasi. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh minimnya perhatian yang diberikan terhadap kondisi operasi permesinan, peralatan atau sistem yang dijalankan. Selama ini aktivitas breakdown maintenance selalu difokuskan pada seberapa cepat mesin atau sistem dapat dikembalikan ke kondisi normal. sepanjang mesin atau peralatan dapat berfungsi meski pada level minimum yang diizinkan, maka pemeliharaan yang dijalankan dinilai efektif. Pendekatan manajemen maintenance (pemeliharaan) tersebut jelas tidaklah efektif selain juga akan menimbulkan biaya perawatan menjadi tinggi di kemudian hari. Dalam Breakdown maintenance terdapat dua faktor utama yang dapat memberikan kontribusi yang kuat yang dapat menyebabkan tingginya biaya perawatan antara lain :
(1) Tidak baiknya perencanaan atau belum adanya perencanaan
(2) Perbaikan yang kurang menyeluruh.
Keterbatasan yang pertama dari breakdown maintenance adalah menyangkut tidak baiknya perencanaan dimana hal tersebut seringkali juga dipaksakan oleh pihak manajemen produksi. Sebagai contoh, penggunaan tenaga kerja dan efektifitas sumber daya perawatan yang masih minim. Idealnya, biaya dari breakdown maintenance berkisar antara tiga sampai empat kali lebih besar dibanding dengan perbaikan yang sama apabila dilakukan melalui perencanaan yang matang.
Keterbatasan yang kedua adalah memusatkan perbaikan bukan pada akar penyebab terjadinya kegagalan fungsi dari suatu peralatan. Sebagai contoh, Suatu kerusakan pada bearing akan dapat menyebabkan suatu mesin menjadi kritis yang berdampak terhentinya proses produksi. Dalam breakdown maintenance, bearing tersebut harus diganti sesegera mungkin sehingga mesin akan kembali bekerja. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk menemukan akar permasalahan dari kerusakan bearing atau bagaimana untuk menghindari terulang kembalinya kerusakan tersebut di masa yang akan datang. Sebagai hasilnya, keandalan mesin atau sistem tersebut akan menjadi berkurang.

Teknik Maintenance

Secara garis besar teknik pemeliharaan dibagi menjadi 4 bagian penting antara lain:
1. Reactive Maintenance ( Breakdown Maintenance )
2. Proactive Maintenance ( Pemeliharaan Rutin )
3. Planned Maintenance ( Pemeliharaan Terencana )
* Preventive Maintenance
* Predictive Maintenance
4. Corrective Maintenance ( Pemeliharaan Perbaikan )
• Up-Grading / Modifikasi
• Desain Ulang
Perbedaan mendasar teknik maintenance (perawatan) adalah pada kapan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan dilakukan. Dalam breakdown maintenance , perbaikan tidak dilakukan sampai mesin mengalami kegagalan pada fungsi sedangkan proactive maintenance dilakukan sebelum suatu masalah terjadi dan merupakan rangkaian tugas-tugas yang dijalankan dengan sering berpatokan pada waktu, jumlah produksi, jam penggunaan dan kondisi mesin. Sementara itu corrective maintenance dilakukan secara terjadual untuk memperbaiki masalah-masalah khusus yang sebelumnya telah teridentifikasi dalam dalam sebuah sistem. Perubahan kecil terhadap disain dan substitusi komponen-komponen yang sama akan mengurangi masalah yang diakibatkan oleh konstruksi material sehingga akan berdampak pada perbaikan dan dapat mengurangi terjadinya kerusakan.

PENGERTIAN PEMELIHARAAN

Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith Mobley, (Maintenance Enginering Handbook, Sixth Edition, McGraw-Hill, 2002) pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya. Adapun tujuan dari dilakukannya pemeliharaan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menjamin tersedianya peralatan atau mesin dalam kondisi yang mampu memberikan keuntungan.
2. Menjamin kesiapan peralatan cadangan dalam situasi darurat, misalnya sistem pemadam kebakaran, pembangkit listrik, dan sebagainya.
3. Menjamin keselamatan manusia yang menggunakan peralatan
4. Memperpanjang masa pakai peralatan atau paling tidak menjaga agar masa pakai peralatan tersebut tidak kurang dari masa pakai yang telah dijamin oleh pembuat peralatan tersebut
Suatu organisasi perusahaan yang baik paham bahwa mereka tidak boleh melihat aktivitas perawatan sebagai unsur pengeluaran belaka. Melainkan aktivitas tersebut dapat memberikan dukungan yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan peningkatan produktivitas. Pemeliharaan yang efektif akan mengarah pada hal-hal sebagai berikut :
1. Kapasitas produksi terpenuhi secara maksimal
2. Kemampuan untuk memproduksi produk dengan toleransi khusus atau level kualitas tertentu.
3. Dapat meminimalkan biaya per unit produk
4. Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam memenuhi keinginan pelanggan yang berkaitan dengan kapasitas produksi, leadtime serta kualitas produk.
5. Dapat menjaga keselamatan pegawai dan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin muncul dengan adanya proses produksi.
6. Dapat memastikan sekecil mungkin resiko yang dapat membahayakan lingkungan di sekitar perusahaan.

Selasa, 16 Februari 2010

Karakteristik industri modern

-->
Industri modern baik industri manufaktur maupun industri jasa selalu memiliki karakteristik atau pemusatan dalam proses produksi pada satu jenis produk yang akan dihasilkan. Karakteristik ini lebih dikenal dengan sebutan spesialisasi. Beberapa produsen memusatkan diri pada pembuatan barang tunggal dan produsen lainnya membatasi produksi pada suatu garis dari produk yang saling berhubungan. Sebagai contoh pada industri manufaktur pembuatan sepeda motor, semua komponen yang ada di sepeda motor tersebut tidak diproduksi seluruhnya tetapi sebagian ada yang merupakan hasil produksi dari perusahaan lainnya sehingga setiap perusahaan komponen tersebut akan saling berhubungan dan akan saling memberikan informasi mengenai apa yang menjadi peluang pasar, disamping itu biaya produksi akan menjadi lebih kecil dan yang paling utama adalah terjaganya kualitas komponen.
Spesialisasi dapat diartikan pula sebagai pembagian pekerjaan, ini berlaku baik pada tingkat pekerja yang juga memiliki spesialisasi dalam hal ketrampilan latar belakang pendidikan.
Karakteristik yang juga dimiliki oleh industri modern adalah adanya mekanisasi. Mekanisasi ini muncul setelah adanya revolusi industri yang merubah tenaga manusia dengan menggunakan peralatan atau mesin-mesin dalam rangka mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik. Penggunaan mesin atau mekanisasi ini dapat ditemui dalam semua aspek kehidupan dan tidak hanya dalam dunia industri manufaktur. Perkembangan mekanisasi peralatan setiap waktunya mengalami kemajuan yang sangat pesat, apabila pada awal dicetuskannya ide mekanisasi hanya dititik beratkan pada penggantian tenaga manusia (ketrampilan tangan manusia) saat ini tengah mulai dicoba untuk memasukkan sejumlah kecerdasan buatan (intelligence) tertentu ke mesin. Dengan kecerdasan buatan ini mesin atau peralatan sudah mulai tidak menggunakan bantuan manusia secara keseluruhan, akan tetapi telah menerapkan sejumlah kecerdasan seperti pengendalian numerical (numerical control), otomatisasi (automation), keseragaman produk (variety) sehingga kualitas produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih terkendali.
Dengan kemajuan teknologi dalam bidang manufaktur tersebut mendorong manusia selalu meningkatkan kemampuan proses dengan penemuan-penemuan dalam hal rekayasa teknologi industry. Hal ini mendorong efisiensi dan keefektifan dalam penggunaan material sehingga tidak banyak produk cacat sehingga peningkatan kapasitas produksi dan meminimalkan penggunaan biaya dapat lebih terkendali.
Untuk dapat mengembangkan rekayasa teknologi industri manufaktur dan jasa manusia menerapkan metode ilmiah dalam menganalisa setiap permasalahan yang dapat timbul dari proses produksinya. Dengan menggunakan metode ilmiah manusia dapat mencari akar permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dari penerapan metode ilmiah dalam mencari akar permasalahan dan alternatif solusinya digunakan riset operasional sebagai alat bantu dengan memasukkan pendekatan model matematika atau rumusan model lainnya dalam rangka mencari pembuktian adanya hubungan sebab akibat. Riset operasional merupakan pendekatan obyektif secara kuantitatif terhadap permasalahan yang dihadapi.
Dengan riset operasional, setiap permasalahan yang ditemui dapat ditinjau dari semua aspek keilmuan sehingga hal ini membuat adanya kerjasama antar ilmuwan. Riset operasional yang sering ditemui dalam dunia industri manufaktur antara lain :
-->
· Penetapan kuantitas pembelian bahan baku yang paling diinginkan.
· Perencanaan jadwal produksi dengan penggunaan biaya yang lebih kecil (minimum).
· Penetapan kapasitas mesin dengan utilitas maksimum.
· Penentuan anggaran biaya atas perawatan prefentif atas fasilitas produksi.
· Meminimalkan waktu tunggu antara operasi
· Penetapan jadwal aliran bahan baku dengan meminimalkan biaya operasional.
· Meminimalkan biaya pemindahan bahan baku dan produk jadi dengan penetapan tata letak gudang penyimpanan.



REFERENSI :
1. Harold T. Amrine, John A. Ritchey, Oliver S.Hulley., manajemen dan Organisasi Produksi, Penerbit Erlangga, Jakarta 1986.
2. H.A. Harding.,Manajemen Produksi, Penerbit Balai Aksara, Jakarta, 1984.
3. Hani handoko.T., Manajemen, BPFE., Edisi 2, Yogyakarta, 2000.
4. Noor Rizqon Arief, Manajemen Organisasi, Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, UNISBA, 2004.

7 alat pengawasan mutu (seven tools) dalam Statistical Quality Control

a.        Flowchart Diagram yang menggambarkan urutan suatu proses, dipakai untuk menentukan bagian mana dari proses yang bisa dijadikan...